Collins, dkk
dalam Mohammad Asikin (2002:493) mengatakan “salah satu tujuan pembelajaran
matematika yang ingin dicapai adalah memberikan kesempatan seluas-luasnya
kepada para siswa untuk mengembangkan keterampilan berkomunikasi melalui modeling,
speaking, writing, talking and drawing serta mempresentasikan apa yang
dipelajari”. Sehingga untuk mensuport pembelajaran agar efektif, guru harus
membangun komunitas kelas yang kondusif sehingga para siswa bebas untuk
mengekspresikan pemikirannya seperti mengungkapkan ide, menciptakan model serta
mengatur dan mengabungkan pemikiran matematis mereka lewat komunikasi.
Menurut
Wahyudin (2008:527-534) Komunikasi adalah
bagian esensial dari matematika dan pendidikan matematika. Proses komunikasi juga membantu membangun makna dan kelangengan untuk gagasan-gagasan serta menjadikan gagasan itu diketahui publik. Saat siswa ditantang untuk berpikir dan bernalar tentang metamatika, serta untuk mengkomunikasikan hasil-hasil pemikiran mereka itu pada orang lain secara lisan atau tertulis, mereka belajar untuk menjadi jelas dan meyakinkan. Para siswa mendapatkan pengertian kedalam pemikiran mereka saat menghadirkan metode-metode mereka untuk memecahkan masalah, saat menjustifikasi penalaran mereka pada teman sekalas, guru, atau saat mereka merumuskan pertanyaan tentang sesuatu yang membingungkan.
bagian esensial dari matematika dan pendidikan matematika. Proses komunikasi juga membantu membangun makna dan kelangengan untuk gagasan-gagasan serta menjadikan gagasan itu diketahui publik. Saat siswa ditantang untuk berpikir dan bernalar tentang metamatika, serta untuk mengkomunikasikan hasil-hasil pemikiran mereka itu pada orang lain secara lisan atau tertulis, mereka belajar untuk menjadi jelas dan meyakinkan. Para siswa mendapatkan pengertian kedalam pemikiran mereka saat menghadirkan metode-metode mereka untuk memecahkan masalah, saat menjustifikasi penalaran mereka pada teman sekalas, guru, atau saat mereka merumuskan pertanyaan tentang sesuatu yang membingungkan.
Komunikasi
matematik bisa mendukung belajar siswa atas konsep-konsep matematis yang baru
saat mereka berperan dalam suatu situasi, mengambil, menggunakan obyek-obyek,
memberikan laporan dan penjelasan-penjelasan lisan, menggunakan diagram,
menulis, serta mengunakan simbol-simbol matematis. Satu keuntungan sampingannya
yaitu komunikasi mengingatkan para siswa bahwa mereka berbagi tanggung jawab
dengan guru untuk belajar yang berlangsung selama pelajaran dikelas (Silver,
Kilpatrick, dan Schlesinger dalam Wahyudin, 2008:43)
Refleksi dan
komunikasi merupakan proses yang saling terjalin di dalam belajar matematika.
Dengan perhatian dan perencanaan yang eksplisit oleh para guru, komunikasi
untuk tujuan-tujuan refleksi bisa menjadi suatu bagian yang alamiah dari
belajar matematika. Sedangkan menulis dalam matematika juga bisa membantu siswa
untuk mengabungkan pemikiran mereka karena menulis menuntut untuk merefleksi
pada apa yang mereka kerjakan dan mengkalrifikasi pikiran-pikiran mereka
tentang gagasan-gagasan yang muncul di dalam pelajaran di kelas.
Sehingga perlu diperhatikan saat para siswa berlatih berkomunikasi,
mereka harus berekspresi dengan semakin jelas dan koheran, mereka juga harus
memperoleh dan mengenali gaya-gaya yang lazin di dalam dialog dan argumen
matematis.
Ada alasan
penting mengapa pelajaran matematika terfokus pada pengkomunikasian, yaitu
matematika pada dasarnya adalah suatu bahasa. Bahasa disajikan sebagai suatu
makna representasi dan makna komunikasi. Matematika juga merupakan alat yang
tak terhingga adanya untuk mengkomunikasikan berbagai ide dengan jelas, cermat
dan tepat (Wahyudin,2008:500).
Menurut Asikin
(2002:1) komunikasi matematika dapat diartikan sebagai suatu peristiwa saling
hubungan/dialog yang terjadi dalam suatu lingkungan kelas, dimana terjadi
pengalihan pesan. Pesan yang dialihkan berisi tentang materi matematika yang
dipelajari di kelas. Pihak yang terlibat dalam peristiwa komunikasi di
lingkungan kelas adalah guru dan siswa. Sedangkan cara pengalihan pesan dapat
secara tertulis maupun lisan.
Menurut Asikin
(2002:496), uraian tentang peran penting komunikasi dalam pembelajaran
matematika dideskripsikan sebagai berikut :
- Komunikasi dimana ide matematika dieksploitasi dalam berbagai perspektif, membantu mempertajam cara berpikir siswa dan mempertajam kemampuan siswa dalam melihat berbagai keterkaitanmateri matematika;
- Komunikasi merupakan alat untuk “mengukur” pertumbuhan pemahaman; dan merefleksikan pemahaman matematika para siswa;
- Melalui komunikasi, siswa dapat mengorganisasikan dan mengkonsolidasikan pemikiran matematika mereka;
- Komunikasi antar siswa dalam pembelajaran matematika sangat penting untuk pengkonstruksian pengetahuan matematika, pengembangan pemecahan masalah, dan peningkatan penalaran, menumbuhkan rasa percaya diri, serta peningkatan ketrampilan sosial;
- writing’ and ‘talking’ dapat menjadi alat yang sangat bermakna (powerful) untuk membentuk komunitas matematika yang inklusif.
Dalam proses pembelajaran matematika, ketika siswa belajar untuk menemukan, memahami dan mengembangkan konsep yang sedang
dipelajarinya melalui kegiatan berfikir, menulis dan berdiskusi sesungguhnya
mereka telah menggunakan kemampuan matematika. Ada beberapa indikator kemampuan
komunikasi dalam diskusi yang diungkapkan oleh Djumhur (dalam Istiqomah, 2007),
yaitu:
- Siswa ikut menyampaikan pendapat tentang masalah yang dibahas.
- Siswa berpartisipasi aktif dalam menanggapi pendapat yang diberikan siswa lain.
- Siswa mau mengajukan pertanyaan ketika ada suatu yang tidak dimengerti.
- Mendengarkan secara serius ketika siswa lain mengemukakan pendapat.
Peran guru dalam pembelajaran
sebagai pembimbing, pengarah, pemberi informasi, maupun sebagai fasilitator.
NCTM (dalam Clark, 2005) mengungkapkan mengenai aktivitas dan para guru dalam
mengembangkan kemampuan komunikasi matematik siswa, yaitu sebagai berikut:
- Menyelidiki pertanyaan dan tugas yang diberikan, menarik hati dan menantang masing-masing siswa untuk berfikir.
- Meminta siswa untuk mengklarifikasi dan menilai ide-ide mereka secara lisan dan tulisan.
- Menilai kedalam pemahaman atau ide yang dikemukakan siswa dalam diskusi
- Memutuskan kapan dan bagaimana untuk menyajikan notasi matematika dalam bahasa matematika kepada siswa.
- Memutuskan kapan untuk memberi informasi, kapan mengklarifikasi suatu permasalahan, dan kapan untuk membiarkan para siswa bergelut dengan pemikiran dan penalarannya dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
- Memonitor partisipasi siswa dalam diskusi dan memutuskan kapan dan bagaimana untuk memotivasi masing-masing siswa untuk berpartisipasi
Sedangkan Menurut Utari dalam Istiqomah (2007:31), indikator yang menunjukkan
kemampuan komunikasi matematika adalah:
- Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika;
- Menjelaskan ide, situasi dan relasi matematik, secara lisan atau tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar;
- Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematik;
- Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika;
- Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis
Berkaitan
dengan berbagai pendapat di atas maka komunikasi matematik adalah cara berbagi
gagasan dan mengklarifikasi pemahaman matematika sehingga menjadi oyek-obyek
refleksi, penghalusan, diskusi dan perombakan. Proses komunikasi juga membantu
siswa membangun makna dan kelanggengan untuk gagasan-gagasan serta menjadikan
gagasan itu diketahui publik. Sehingga indiktor dalam penelitian ini yang
digunakan untuk melihat peningkatan komunikasi matematik siswa adalah :
- Menghubungkan benda nyata, gambar atau diagram kedalam ide matematika
- Menjelaskan ide dan relasi matematika serta membangun makna dan kelanggengan untuk gagasan
- Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis
- Menyatakan gagasan dalam bahasa atau simbol matematika
terimakasih atas ilmunya, kalau boleh, bisa cantumkan daftar pustakanya? terimakasih..
ReplyDeletetolong cantumkn daftar pustakax
ReplyDelete