Kita sebagai orang tua
seringkali mengikutkan anak kita berbagai macam les tambahan di luar
sekolah seperti les matematika, les bahasa inggris, les fisika dan
lain-lain. Saya yakin hal ini kita dilakukan untuk mendukung anak agar
tidak tertinggal atau menjadi yang unggul di sekolah. Bahkan, terkadang ide awal mengikuti les tersebut tidak datang dari si anak, namun datang dari kita sebagai orang tua. Benar tidak?
Petunjuk Pengisian Raport KTSP
A. Laporan Hasil Belajar (LHB) Peserta Didik
1.
Satuan Pendidikan membuat laporan hasil penilaian mata pelajaran untuk semua
kelompok mata pelajaran pada akhir semester dalam bentuk buku laporan pendidikan
(raport), dan menyampaikan laporan dimaksud kepada orang tua/wali peserta
didik.
2.
Laporan hasil belajar peserta didik oleh satuan pendidikan harus dapat
menggambarkan pencapaian kompetensi peserta didik pada semua mata pelajaran.
Enam Ciri Karakter Anak Bermasalah
“Mungkinkah mengetahui dan
memastikan apakah seorang anak itu bermasalah, dalam waktu 5-10 menit
pertama saat kita bertemu dengannya?” Jawabannya adalah “mungkin” dan “pasti”.
Pertanyaan yang sering saya ajukan kepada peserta seminar ataupun para orangtua yang sedang bersemangat belajar dan mencecar saya dengan berbagai pertanyaan seputar anaknya.
Rahasia tersebut akan saya bahas
sekarang, rahasia yang sering saya gunakan untuk menganalisa seorang
anak. Apakah dia bermasalah, bahkan setelah mempelajarinya dengan
seksama kita mampu meramal masa depan seorang anak.
Pentingnya Memahami Kebutuhan Emosional Anak
Pada bagian sebelumnya kita telah
mempelajari bahwa anak dan remaja lebih dikendalikan oleh emosi-emosi
mereka daripada pemikiran rasional dan logis. Emosi ini menjelaskan
mengapa anak dan remaja berperilaku demikian, termasuk perilaku yang
merusak diri sendiri. Jadi jika kita ingin memotivasi mereka, sebaiknya
kita pahami lebih dulu emosi yang mengendalikan mereka dan
memanfaatkannya untuk mengarahkan perilaku dan pemikiran yang lebih
memperdayakan.
Berikut adalah ketiga kebutuhan emosional anak:
Proses Pembentukan Karakter Pada Anak
Karakter tidak dapat dibentuk dengan cara mudah dan murah. Dengan mengalami ujian dan penderitaan jiwa karakter dikuatkan, visi dijernihkan, dan sukses diraih ~ Helen Keller
Suatu hari seorang anak laki-laki
sedang memperhatikan sebuah kepompong, eh ternyata di dalamnya ada
kupu-kupu yang sedang berjuang untuk melepaskan diri dari dalam
kepompong. Kelihatannya begitu sulitnya, kemudian si anak laki-laki
tersebut merasa kasihan pada kupu-kupu itu dan berpikir cara untuk
membantu si kupu-kupu agar bisa keluar dengan mudah. Akhirnya si anak
laki-laki tadi menemukan ide dan segera mengambil gunting dan membantu
memotong kepompong agar kupu-kupu bisa segera keluar dr sana. Alangkah
senang dan leganya si anak laki laki tersebut.Tetapi apa yang terjadi?
Si kupu-kupu memang bisa keluar dari sana. Tetapi kupu-kupu tersebut
tidak dapat terbang, hanya dapat merayap. Apa sebabnya?
Ternyata bagi seekor kupu-kupu yang
sedang berjuang dari kepompongnya tersebut, yang mana pada saat dia
mengerahkan seluruh tenaganya, ada suatu cairan didalam tubuhnya yang
mengalir dengan kuat ke seluruh tubuhnya yang membuat sayapnya bisa
mengembang sehingga ia dapat terbang, tetapi karena tidak ada lagi
perjuangan tersebut maka sayapnya tidak dapat mengembang sehingga
jadilah ia seekor kupu-kupu yang hanya dapat merayap.
Itulah potret singkat tentang
pembentukan karakter, akan terasa jelas dengan memahami contoh kupu-kupu
tersebut. Seringkali orangtua dan guru, lupa akan hal ini. Bisa saja
mereka tidak mau repot, atau kasihan pada anak. Kadangkala Good
Intention atau niat baik kita belum tentu menghasilkan sesuatu yang
baik. Sama seperti pada saat kita mengajar anak kita. Kadangkala kita
sering membantu mereka karena kasihan atau rasa sayang, tapi sebenarnya
malah membuat mereka tidak mandiri. Membuat potensi dalam dirinya tidak
berkembang. Memandulkan kreativitasnya, karena kita tidak tega melihat
mereka mengalami kesulitan, yang sebenarnya jika mereka berhasil
melewatinya justru menjadi kuat dan berkarakter.
Ada satu anekdot yang sering saya
sampaikan pada rekan saya, ataupun peserta seminar. Enak mana makan mie
instant dengan mie goreng seafood? Umumnya mereka yang suka mie pasti
tahu jika mie goreng seafood jauh lebih enak dari mie goreng instant
yang hanya bisa dimasak tidak kurang dari 3 menit. Apa yang membedakan
enak atau tidaknya dari masakan mie tersebut? Prosesnya!
Sama halnya bagi pembentukan karakter
seorang anak, memang butuh waktu dan komitmen dari orangtua dan sekolah
atau guru (jika memprioritaskan hal ini) untuk mendidik anak menjadi
pribadi yang berkarakter. Butuh upaya, waktu dan cinta dari lingkungan
yang merupakan tempat dia bertumbuh, cinta disini jangan disalah artikan
memanjakan. Jika kita taat dengan proses ini maka dampaknya bukan ke
anak kita, kepada kitapun berdampak positif, paling tidak karakter
sabar, toleransi, mampu memahami masalah dari sudut pandang yang
berbeda, disiplin dan memiliki integritas (ucapan dan tindakan sama)
terpancar di diri kita sebagai orangtua ataupun guru. Hebatnya, proses
ini mengerjakan pekerjaan baik bagi orangtua, guru dan anak jika kita
komitmen pada proses pembentukan karakter.
Pada awal pembentukan karakter banyak
orangtua dan guru bertanya tentang bagaimana mendisiplinkan anak. Ada 6
proses disiplin yang kami bagikan melalui ebook gratis 6 Cara
Mendisiplinkan Anak, bagi anda yang belum memiliki ebook ini silahkan di
download gratis disini.
Nah, apakah disiplin saja cukup?
Bagaimana dengan proses membentuk karakter yang lain? Pada 1 Desember
2011 kemarin, kami menerbitkan ebook 7 Hari Membentuk Karakter Anak. Di
ebook ini akan diungkap hal-hal yang sangat jarang diketahui oleh para
orangtua dan guru, tentang bagaimana mendidik anak agar tumbuh bahagia
dan berkarakter. Disamping itu bukan hanya anak tetapi ebook ini juga
memberikan pengarahan bagi orangtua dan guru agar sadar membentuk
karakter mereka secara mandiri.
Kembali ke pembentukan karakter, ingat
segala sesuatu butuh proses. Mau jadi jelek pun butuh proses. Anak yang
nakal itu juga anak yang disiplin lho. Tidak percaya? Dia disiplin
untuk bersikap nakal. Dia tidak mau mandi tepat waktu, bangun pagi
selalu telat, selalu konsisten untuk tidak mengerjakan tugas dan wajib
tidak menggunakan seragam lengkap.
Ada satu kunci untuk menanamkan
kebiasaan, ada hukumnya dan hukum itu bernama hukum 21 hari, dalam
pembentukan karakter erat kaitannya dengan menciptakan kebiasaan yang
baru yang positif. Dan kebiasaan akan tertanam kuat dalam pikiran
manusia setelah diulang setiap hari selama 21 hari. Misalnya Anda
biasakan anak sehabis bangun tidur untuk membersihkan tempat tidurnya,
mungkin Anda akan selalu mengingatkan dan mengawasi dengan kasih sayang
(wajib, dengan kasih sayang) selama 21 hari. Tetapi setelah lewat 21
hari maka kebiasaan itu akan terbentuk dengan otomatis. Nah, kini
kebiasaan positif apa yang hendak anda tanamkan kepada anak, pasangan
dan diri Anda? Anda sudah tahu caranya dan tinggal melakukan saja.
Sukses dalam karakter yang terus diperbarui.
Indahnya Matematika, indahnya ciptaan Yang Maha Kuasa
Pernah merasa muak melihat matematika? Merasa hidup tidak kan pernah bisa lepas dari matematika? Merinding, meriang, tidak enak badan bahkan merasa lebih baik ‘mati’ daripada bertatap muka dengan makhluk yang namanya matematika? Maka, “Bertasbihlah, lalu bertahmidlah, lalu bertahlillah, lalu bertakbir me-Maha Besarkan asma-Nya” [Tashiru – T4 (Tasbih, Tahmid, Tahlil, Takbir)] saat menlihat artikel ringan ini.
Maka perhatikanlah kekuasaan hukum Allah yang kita sebut matematika. Semoga Sahabat dapat melihat kebesaran serta hikmah juga ibrah lainnya di balik hukum-Nya ini.
1 x 9 + 2 = 11
12 x 9 + 3 = 111
123 x 9 + 4 = 1111
1234 x 9 + 5 = 11111
12345 x 9 + 6 = 111111
123456 x 9 + 7 = 1111111
1234567 x 9 + 8 = 11111111
12345678 x 9 + 9 = 111111111
123456789 x 9 +10 = 1111111111
Alhamdulillah, tidak hanya itu!:
9 x 9 + 7 = 88
98 x 9 + 6 = 888
987 x 9 + 5 = 8888
9876 x 9 + 4 = 88888
98765 x 9 + 3 = 888888
987654 x 9 + 2 = 8888888
9876543 x 9 + 1 = 88888888
98765432 x 9 + 0 = 888888888
1 x 1 = 1
11 x 11 = 121
111 x 111 = 12321
1111 x 1111 = 1234321
11111 x 11111 = 123454321
111111 x 111111 = 12345654321
1111111 x 1111111 = 1234567654321
11111111 x 11111111 = 123456787654321
111111111 x 111111111 = 12345678987654321
Subhanallah….
Sekarang, perhatikanlah ini:
Jika kita sering mendengar atau berfikir bahwa nilai ‘100%’ itu perfect atau sempurana, maka apakah kita tidak berfikir, “dapatkah sesuatu itu dapat bernilai leih dari sempurna, dari 100%?”. Betapa bersyukurnya mereka yang mendapatkan nilai baik sesuatu sebesar ‘100%’, padahal ada yang lebih dari itu. Dan itu dapat dibuktikan dalam ilmu matematika, statistika. Perhatikan:
Jika:Jika kita sering mendengar atau berfikir bahwa nilai ‘100%’ itu perfect atau sempurana, maka apakah kita tidak berfikir, “dapatkah sesuatu itu dapat bernilai leih dari sempurna, dari 100%?”. Betapa bersyukurnya mereka yang mendapatkan nilai baik sesuatu sebesar ‘100%’, padahal ada yang lebih dari itu. Dan itu dapat dibuktikan dalam ilmu matematika, statistika. Perhatikan:
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z
Kita umpamakan:
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26.
Maka jika kita jumlahkan:
H-A-R-D-W-O-R-K (kerja keras)
8+1+18+4+23+ 15+18+11 = 98%
8+1+18+4+23+ 15+18+11 = 98%
Dan:
K-N-O-W-L-E-D-G-E (pengetahuan)
11+14+15+23+ 12+5+4+7+ 5 = 96%
11+14+15+23+ 12+5+4+7+ 5 = 96%
Tapi:
A-T-T-I-T-U-D-E (akhlak baik)
1+20+20+9+20+ 21+4+5 = 100%
1+20+20+9+20+ 21+4+5 = 100%
Allahuakbar! Ternyata kesempurnaan itu dapat dicapai. Tapi ada yang lebih dari itu, jika kita:
L-O-V-E-O-F-G-O-D (beriman kepada Allah)
12+15+22+5+15+ 6+7+15+4 = 101%
12+15+22+5+15+ 6+7+15+4 = 101%
Subhanallah, alhamdulillah, laillahailallah, allahuakbar, ternyata
lebih dari itu, sebuah alasan yang akan didapat jika kita dapat
benar-benar melaksanakannya. Dan itu berarti, matematika, yang berupa
sunatullah (hukum Allah) itu pun dapat berdzikir dan bertasbih dengan
memerikan sebuah makna bahwa:
Disaat kerja keras dan pengetahuan mendekatkanmu pada kesempurnaan
dan akhlak baik dapat memberikannya. Terlebih dari itu, sebuah balasan
lebih baik jika beriman kepada Allah swt. dimana engkau akan ditempatkan
di tempat terbaik disisi-Nya, zat yang melebihi nilai sempurna.
Semoga bermanfaat dan merefesh pikiran kita tentang matematika dan Dia yang Maha Kuasa.
Contoh Format Lembar Kerja Siswa
Format Lembar Kerja Siswa
Mata Pelajaran
..................................
1.
Judul :
2.
Mata Pelajaran :
3.
Kelas/Semester :
4.
Waktu
:
5.
Kompetensi Dasar :
6.
Petunjuk belajar :
7.
Informasi
8.
Tugas dan Langkah Kerja
9.
Penilaian
§
Penilaian Kognitif
No
|
Aspek yang
dinilai/unsur surat
|
Skor
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Kriteria skor:
Setiap jawaban benar, lengkap = 20
Jawaban setengah benar =
10
Jawaban salah =
0
§
Penilaian psikomotor
No.
|
Aspek yang
dinilai
|
Skor
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1.
2.
3.
4.
5.
|
|||||
Jumlah
|
Kriteria
skor:
4 = Sangat
rapi/sangat cepat/sangat tepat
3 = Rapi/cepat/tepat
2 = kurang
rapi/kurang cepat/kurang tepat
1 = tidak
rapi/lambat/tidak tepat
§ Penilaian afektif
No
|
Pernyataan
|
Skala
|
|||
Sl
|
Sr
|
Jr
|
Tp
|
||
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
|
|||||
Jumlah
|
Keterangan
:
Aspek yang dinilai |
Skor
positif
|
Skor
negatif
|
1. Sl
= selalu
2. Sr = sering
3. Jr = Jarang
4. Tp
= Tidak pernah
|
4
3
2
1
|
1
2
3
4
|
Contoh Format RPP
FORMAT RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran :
Kelas/Semester :
Waktu :
Pendekatan :
A. Standar Kompetensi :
B.
Kompetensi Dasar
C.
Tujuan Pembelajaran
D.
Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM)
E.
Materi pembelajaran / Materi
Pokok dan Uraian Materi:
F.
Kegiatan pembelajaran :
1.
Kegiatan
Awal
2.
Kegiatan
Inti
3.
Kegiatan Akhir
G.
Alat dan Bahan Praktik (Media
Pembelajaran):
H.
Penilaian
I. Referensi
J. Program Tindak Lanjut / Refleksi
.
K.
Lampiran.
Bandung, 2012
Mengetahui, Guru
Mata Pelajaran,
Kepala
Sekolah,
Subscribe to:
Posts (Atom)